Rabu, 09 September 2020

Aku Mencintaimu


Aku mencintaimu dengan kedua mata tertutup,

Kedua telinga tuli,

Kaki yang lumpuh, dan mulut dilakban

Aku mencintaimu dengan pelukan kedua tanganku yang jauh.

Dengan jari-jari yang menari di atas buku.

Aku mencintaimu.

Selasa, 02 Juni 2020

Tulus

Mencintai tidak hanya sekedar aku milikmu dan kamu milikku, kekasih. Tapi tentang tagihan diri agar tidak berharap balas dicintai kembali.

Minggu, 31 Mei 2020

Pura-pura

Ada satu hal yang tak bisa kuceritakan pada kesepian, kekasih. Tentang bagaimana aku berenang pada air mataku sendiri. Padahal kau tau aku tidak bisa.

Minggu, 24 Mei 2020

“Misteri Reinkarnasi di Desa Pak Karim”

            Di depan teras rumah yang semakin hari terlihat semakin reot, Pak Karim berdiri seorang diri sambil menggaruk-garuk kepalanya kebingungan. Bagaimana tidak, satu tahun ini Pak Karim disiplin menuruti peraturan pemerintah untuk tidak keluar rumah. Hanya sesekali keluar untuk membeli beras dan kebutuhan isi perut yang lain. Itupun tidak lama, lalu kembali masuk dan mengunci pintu rapat-rapat.

Hidup seorang diri tidak membuat Pak Karim kerepotan mengurusi banyak hal. Asal perut terisi, badan bersih, rajin ibadah setiap hari, sudah cukup. Anak-anaknya tidak pernah lupa mengirim uang untuk bapaknya itu. Merdekalah hidup pak karim. Tapi, satu tahun ini kehidupan Pak Karim yang merdeka itu menjadi kesepian, meskipun kiriman anak-anaknya tidak pernah membuat Pak Karim kelaparan. Tidak ada keramaian, tidak ada shalat berjamaah, hanya ditemukan beberapa gelintir orang yang jual-beli di pasar sebelah rumahnya. Semua orang takut mati. Begitupun pak karim dan anak-anaknya. Itu sebabnya, 2 orang anak perempuan dan cucu-cucunya tidak pulang.

Belakangan ini virus menyebar dimana-mana, bahkan di seluruh belahan dunia. Pemerintah mengambil kebijakan untuk social distancing, dan tetap menjaga kebersihan juga kesehatan. Pak Karim selalu taat peraturan. Anak-anaknya selalu mewanti-wanti Pak Karim untuk tidak keluar rumah. Mereka sangat mengkhawatirkan bapaknya. Usianya yang sudah lanjut, rentan sekali terrtular.

“Mbaaaaaaaahhh, mboten paleng medal, nanti di mam buto1”. Teriak cucunya di layar gawainya. Pak Karim tertawa melihat tingkah cucu laki-lakinya yang masih berumur 2 tahun. Ibunya yang duduk di sebelahnya juga ikut tertawa. “Pripun Pak, Yotronipun sampun dipendhet2?” Tanya putri bungsunya. “uwis nduk, tadi Bapak minta tolong Karsono”.  Karsono anak tetangga sebelah yang dari kecil selalu menjadi orang kepercayaan bapaknya itu memang selalu tulus membantu. Sampai sekarang Karsono belum menikah. Dulu sempat menyukai putri bungsu Pak Karim, tapi karena weton3 nya tidak cocok, maka mereka tidak jadi menikah. Memang di Desa tempat Pak Karim tinggal masih percaya dengan mitos-mitos jawa itu untuk penentuan jodoh.  Akhirnya putri bungsunya di pinang oleh pemuda dari Kota Seberang.

Keadaan di Desa Pak Karim semakin hari semakin sepi, semakin tidak ada orang yang berlalu lalang. Sesekali Pak Karim mengintip dari dalam jendela rumahnya. Hanya ada Karsono yang terlihat selalu leyeh-leyeh depan teras rumah yang berdempetan dengan rumah Pak Karim. Berbulan-bulan ia tidak bekerja. Terkadang Pak Karim memberikan sedikit uang kiriman dari anaknya untuk Karsono.

Waktu terus berjalan, tapi pandemi virus ini tidak malah berkurang tapi malah semakin meningkat pesat. Pak Karim semakin takut keluar rumah. apalagi sekarang di Desanya sudah ada yang terjangkit. Pak Karim semakin waspada. Belakangan ini anak-anaknya tidak pernah lagi menelpon, tapi tanggal pengiriman uang selalu tepat waktu. Pak Karim pun tidak pernah menelpon duluan, karena takut mengganggu. Seperti biasa Pak Karim selalu meminta tolong Karsono untuk membantunya mengambil uang kiriman anaknya di Bank.

Ada banyak hal yang dipikirkan Pak Karim akhir-akhir ini. Anaknya yang sudah tidak pernah menelpon, dan keadaan desa yang semakin hari terasa semakin aneh. Hanya Karsono yang tidak. Dia masih tetap saja tidur-tiduran di teras, kadang dari siang sampai sore ia masih bertahan mengorok.  Keanehan di Desa ini semakin terasa ketika banyak hewan-hewan aneh yang muncul belakangan ini. Kemarin dari dalam jendela rumah Pak Karim, ia melihat hewan seperti bunglon tapi tidak berekor, di pekarangan depan rumahnya. Mungkin dia usai melindungi diri dari musuh, eh tapi saya rasa bunglon tidak autotomi, pikir Pak Karim mengingat pelajaran IPA bab adaptasi, yang selalu dihafal putri-putrinya dulu. Pak Karim tidak berani mengecek keluar, dia hanya melihat dari balik jendela.

Laron-laron muncul tiap malam menghampiri cahaya lampu depan pagar Pak Karim, tidak sedikit pula yang sudah jatuh di tanah. Jalan-jalan dipenuhi laron ketika malam hari. Di hari berikutnya, misteri Desa Pak Karim kembali nyata terlihat. Tiba-tiba muncul gerombolan keledai tanpa penggembala, santai berkeliaran. Dari balik jendela, Pak Karim semakin bingung apa yang terjadi. “Kemana semua penduduk desa ini? apa mereka tidak penasaran dengan apa yang terjadi?” Gerutu Pak Karim.  Ia berusaha berpikir positif bahwa semua penduduk desa masih bertahan dengan peraturan pemerintah untuk tidak keluar rumah, karena virus menular yang sudah mengambil jutaan nyawa manusia.

Semakin hari, hewan-hewan aneh terlihat semakin banyak berkeliaran. Anjing, keledai, bunglon buntung, laron, bergerombol dengan sekawanannya. Pak Karim tidak tahan, dia memutuskan untuk mengecek keluar rumah, dan berjalan menelusuri seluruh kampung. Pak Karim dikagetkan oleh pemandangan di luar . Hewan-hewan tersebut keluar dari setiap rumah-rumah penduduk. Segerombolan keledai yang dilihat Pak Karim kemarin berasal dari rumah besar milik Pak Nyono, tetangga Pak Karim yang kaya raya. Tidak ada manusia satupun yang keluar dari rumah, semua berubah menjadi binatang. Kampungnya mendadak seperti kebun binatang. Pak Karim merasa hanya dia yang manusia di Desanya.  Mungkin selanjutnya akan tiba giliran Pak Karim.

 

****

 

 

1 Kakek, tidak boleh keluar, nanti dimakan raksasa.

2  Bagaiman Pak, uangnya sudah diambil?

3  Hari kelahiran manusia menurut penanggalan jawa.


Kamis, 21 Mei 2020

Tugu Balai Kota

Di puncak Tugu Balai Kota, ada kau dan aku. Sedang berputar-putar dalam ingatan, lalu kau mengantarku pulang. 

Kamu

Manusia memang suka lupa, contohnya kamu. Jadi, siapa aku ini? 

Cantik

Kau bilang aku cantik, lalu kau hilang. Apa kau bercanda?